Friday, October 31, 2008

Sembilu Tanpa Darah

Mengumpulkan detik demi detik dalam suatu bejana emas yg kusebut kejayaan. Ternyata dicuri oleh penyamun bernama kemanusiaan.

Para kurcaci mengintip bilik asmara dg sebuah petromax di tangan kiri dan kanan, sambil menyanyi juga, cuma untuk mencari kata-kata yg hilang bersama keangkuhan.

Kemudian mereka menyebutnya 'semu'.

Keladi saja daun, padi saja butiran, ranting saja batang.
Manusia kok parasit.
Penyakit.

Bertumpu di titik mana?
Sejarahmu hanya detik yg sudah dicuri para penyamun, dan hilang dalam tumpukan jerami di bilik asmara.

Selesai.

Tuesday, October 28, 2008

takdir itu pilihan...

Melesat bagai anak panah,
busur takdir adalah ilmu.

Niat kita bagaikan sejuta daya,
meregang menghentakkan emosi.

Melahap habis titik dan koma,
kita bagaikan roda kereta perang Krishna.

Kita?
Siapa?

Dari tanah kembali menjadi tanah,
darah hanyalah isyarat keberadaan.
Kebendaan yang disebut eksistensi !

Kepalkan tangan,
berani !!!

Jiwa kita terbungkus keraguan,
dengan semangat kita hantam,
dengan kalimat kita bernisbat,
dengan keringat kita membuncah.

Datang dan pergi adalah nikmat.

Monday, October 13, 2008

Untuk Kekasih

jika saja aku bisa memilih, aku akan menempatkanmu di luar hatiku.


tak tentu, apakah semua ini akan berakhir dg berita bahagia, atau rentetan tangis menjelang tidur di sisa-sisa hariku. karena semua imajinasi indahnya kisah kasih hanya akan menjadi bualan dan cacian saja.

the way we are...

which way? mungkin kita melewatkan beberapa kesempatan dg larik-larik tak bertepi. ingin sekali aku membisikkan impian-impian pujangga di telingamu. yeah, atau sekedar mendengarkan ocehanmu tentang dunia yg semakin menggila.

we are we are...

knapa tidak kita biarkan saja, detik demi detik bergerak serasi dg suara hati kita? kenapa harus ada benteng tangguh yg disebut sebagai keangkuhan oleh akal sehat kita?

kita memang sepenggal kisah tanpa koma.
biarlah setiap siksa rindu menjadi energi tanpa daya bagiku.